estisastradrama

This WordPress.com site is the bee's knees

HAKIKAT DRAMA

pada September 11, 2012

https://estisastradrama.wordpress.com/wp-content/uploads/2012/09/drama.gif?w=300

1. Hakikat drama/ teater

            Drama adalah perasaan manusia yang beraksi di depan mata kita. Itu berarti bahwa aksi dari suatu perasaan mendasari keseluruhan drama. Drama dapat juga menggunakan bahasa yang imajinatif atau analitik. Karena itu dapat ditulis dalambentuk puisi atau dalam bentuk prosa, tetapi tanpa aksi atau perilaku gerak drama tidak ada. Bahkan bisa dikatakan drama bisa terjadi tanpa bahasa, namun tidak mungkin tanpa adanya gerak dan laku (aksi). Drama tidaklah menekankan pada pembicaraan tentang sesuatu, tetapi yang paling penting adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melalui tiruan gerak.( Atar semi, 1993: 156)

Drama berasal dari bahasa yunani” draomai” yang berarti     berbuat,berlaku, bertindak atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah apakah drama ditinjau sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri.(Herman Waluyo, 2002: 2)

                        Memabagi drama pentas ( jenis kesenian mandiri  integrasi dari berbagai jenis kesenian: musik,  rias,  tata lampu, dekor,  dsgny).  dan drama panggung ( salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan jenis puisi dan prosa.

                        Drama tradisional tidak menggunakan naskah, unsur action, pagelaran,  pemeranan merupakan faktor utama. Konflik manusia merupakan dasar lakon, baik yang dituliskan maupun yang langsung dipagelarkan. Konflik diwujudkan dalam bentuk dialog/bahasa tutur, Marjorie menyebutnya bahasa tutur sebagai salah satu aspek  penting disamping naskah dan pementasan.  Dalam pagelarannya, bahasa tutur hidup dengan keterlibatan fisik dan mental pemainnya.

                        Rendra,1993 : 97 mengatakan bahwa drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata.

Harymawan, (1988;  2) menyampaikan bahwa kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya; dan drama  berarti: perbuatan, tindakan.

Secara etimologis (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (Auditorium).

–          Dalam arti luas: Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.

–          Dalam arti sempit: Drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media: percakapan, gerak, dan alku, dengan atau tanpa dekor (layar dan sebagainya), didasarkan pada naskah  yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

Sandiwara yang memakai laku jasmani saja namanya pantomim, sedangkan drama yang hanya memakai ucapan kata-kata tanpa memakai laku jasmani disebut  seni berkisah.

Rangsangan orang untuk bermain drama adalah hasrat untuk meniru. Anak kecil jika bermain akan meniru perilaku ibunya dengan mengasuh  bonekanya, memandikan, menyuapinya, menidurkannya, menjadi supir mobil, sepeda motor, terkadang anak-anak menjadi guru dan teman  kecil lainnya menjadi gurunya. Jadi, sejak masih muda sekali manusia suka menirukan  dan senang menikmati nya dengan fisik dan mental tiruan yang bagus dan indah.

Di dalam sejarah peradaban manusia  hasrat meniru manusia sudah ada sejak jaman primitif di saat sedang mengadakan api unggun. Salah seorang akan berkeliling  api sambil menirukan gerakan hewan yang selalu mereka buru. Sedang yang lain menirukan laku sorang pemburu. Lama-lama muncul dalam pikiran mereka untuk mengiringgi dengan bunyi-bunyian yang berirama.  Kemudian timbul pikiran lagi untuk tampil dengan menggenakan kulit binatang buruan dari mulai  tanduk, cula, dan cakar. Demikian juga dengan peran perang antar suku, seorang menjadi jagoan musuh yang diperangi dan seorang lagi menjadi pembasmi jagoan musuh itu. Dalam hal ini pemeran memakai topeng yang menggambarkan leluhur mereka sebagai jagoan musuh dan tokoh pembasmi musuh. Akhirnya  lahirlah kostum dalam pementasan sandiwara yang ditampilkan.

Orang primitif saat itu menggangap sandiwara berburu dan berperang semacam itu tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagi upacara yang mendatangkan kekuatan gaib pada sukunya.

 Naskah tertua di dunia ada di Mesir  Kira-kira 2.000 SM naskah tertulis oleh I Kher-nefert. Pertunjukan diadakan di kota Abygos, maka dinamakan ”Naskah Abygos”. Menceritakan antara dewa buruk dan dewa kebaikan

Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri

Pendapat A. Kasim Achmad ,1990 : 4 )  mengatakan bahwa drama berasal dari kosa kata yunani dran yang artinya berbuat, bergerak, atau berlaku. Drama mempunyai pengertian yang lebih sempit dibanding dengan teater. Drama berarti laku, yaitu suatu dkspresi kesenian yang memperagakan suatu cerita ( hasil sastra yang disebut lakon) dalam suatu    pertunjukan yang menggunakan laku dan dialog(kata) sebagai alat ungkapnya.

a). Arti Teater

              Ada orang yang mengartikan teater sebagai “gedung pertunjukan”. Ada yang mengartikan sebagai “panggung” (Stage). Secara etimologis (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium).

              Dalam arti luas : teater adalah segala tontonan yang di pertunjukan pada orang banyak, misalnya wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, membai, randai, mayong, arja, ragda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik dan sebagainya.
Dalam arti sempit : Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh banyak orang , dengan media percakapan, gerak, dan laku. dengan atau tanpa dekor (layar dan lain sebagainya), didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

Suwardi endraswara,2011: 11 menyampaikan bahwa kata kunci drama adalah gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang  membedakan dengan puisi dan prosa fiksi. Soemanto dalam Suwandi Endraswara, 2011: 11 mengatakan dalam bahasa perancis drama disebut drame. Yang artinya lakon serius. Serius yang dimaksud, tidak berarti drama melarang adanya humor. Serius dalam hal ini cenderung merujuk pada aspek penggarapan. Drama perlu garapan yang matang. Drama adalah seni cerita dalam percakapan dan akting tokoh. Artinya drama butuh penggarapan tokoh yang mendalam dan penuh pendalaman. Yang digarap adalah akting, agar memukau penonton.

Aristoteles dalam Suwandi Endraswara,2011:12) menyatakan bahwa drama adalah ”representation of an action”. Action, adalah tindakan yang kelak menjadi  akting. Drama pasti ada akting. Jadi ciri drama harus ada akting dan lakon. Permainan penuh dengan sandi dan simbol, yang menyimpan kisah dari awal hingga akhir. Daya simpan kisah ini yang menjadi daya tarik drama. Drama yang terlalu mudah ditebak, justrumkurang menarik.

Arti Drama, Sandiwara, Tonil

Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. kata sandiwara itu dibuat oleh P.K.G mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti Tonil (Toneel), yang pada hayat P.K.G sudah mulai mendapat perhatian di kalangan kaum terpelajar, tetapi pada waktu itu dan lingkungan kaum terpelajar itu yang dipergunakan masih dalam bahasa Belanda. Kata baru “sandiwara” dibentuk dari kata “sandi: dan “Wara”, sandi (Jawa sekarang) berarti rahasia, dan “Wara” (wara Jawa) adalah pengajaran. Demikialah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.

Demikianlah kupasan singkat dari kata sandiwara sebagai pengganti kata Toneel sebagai pengganti kata drama. Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena dari pada kata Toneel (bahasa belanda), yang artinya tak lain dari pada pertunjukan. Demikian pulajuga dibandingkan dengan arti drama dalam bahasa yunani yang artinya mula-mula tak lain dari pada “perbuatan” dan kemudian semata-mata perbuatan diatas panggung. tetapi sungguh sayang, arti kata sandiwara yang sedalam itu sekarang merosot, bahkan kata sandiwara bagi umum banyak menimbulkan rasa “hina” atau ejekan. Apakah sebabnya demikian?
Oleh karena itu dalam sandiwara memang sering terdapat hal-hal yang kurang baik, kata seorang guru atau seorang bapak kepada anaknya, “Jangan main sandiwara kamu”. Kata sandiwara merosot derajatnya karena yang menyelenggarakan dan yang memelihara sandiwara kurang cakap atau kurang baik budinya. Jika kita ingin mengembalikan arti kata sandiwara seperti yang semestinya, lapangan sandiwara meminta juga kepada kaum terpelajar, kepada orang yang cakap, kepada yang berjiwa seniman dan berbudi tinggi

Setelah kalian memahami tentang hakikat drama, silahkan kalian lanjutkan aja diskusi pada karakteristik drama. Oke…. ?

Daftar pustaka:

Endraswara, Suwardi.2011.Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta: FBS Universitas Negri Yogyakarta.

Harymawaan. 1988. Dramaturgi.Bandung: CV Rosda

Rendra.1993.Seni Drama Untuk Remaja. Pustaka Jaya.

Semi, M Atar.993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Oemarjati,Boen S. 1969. Bentuk lakon Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Waluyo, H.J. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Wisata.


Tinggalkan komentar