Tetralogi Buru—Bumi Manusia—Pramoedya Ananta Toer mengajak kita berkenalan dengan seorang perempuan yang luarbiasa. Nyai Ontosoroh, demikian ia dikenal orang. Sanikem namanya dulu, ketika hitungan tahun hidupnya baru menggenap empat belas. Ayahnya, juru tulis Sastrotomo, punya ambisi menjadi seorang juru bayar—seorang kassier. Sastrotomo menjual Sanikem pada seorang Belanda. Sanikem yang lugu mengalami mengalami perubahan atas bantuan Tuan Herman Mellema: dari seorang anak perempuan yang berayah-beribu, jadi seorang Nyai—perempuan yang tidak dinikahi secara sah, tapi punya tangungjawab dan kewajiban sebagaimana seorang istri yang syah.
Herman Mellema lelaki Belanda itu kemudian mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung. Pelan-pelan ia juga belajar bahasa Belanda dan Melayu, lalu menggunakan kedua bahasa itu untuk menulis dan bicara. Dengan kedua bahasa itu pula, ia mulai meluaskan wawasan dan menggali pengetahuan. Tak hanya itu, ia juga ditempa untuk tak kalah terampil dengan perempuan kulit putih mana pun dalam menata rumah, memasak, dan berperilaku sesuai dengan etiket kesopanan ala barat.
Gadis lugu bernama Sanikem yang lugu berubah menjadi seorang perempuan terampil dan mandiri yang dikenal orang sebagai Nyai Ontosoroh. Sepintas nampaknya nasib baik berpihak pada Nyai Ontosoroh. Kehidupannya bersama Herman Mellema dikaruniai dua orang anak: Robert Mellema dan Annelies Mellem. Bagaimanapun Nyai Ontosoroh tetaplah tak lebih dari seorang gundik sekaligus seorang budak. Sejak kedatangan Maurits Mellema—anak dari pernikahan sah Herman Mellema di Belanda, permasalahan rumah tangga datang bertubi-tubi pada Nyai Ontosoroh. Mulai dari Herman Mellema yang kehilangan dirinya, menjadi linglung dan tak peduli lagi pada apapun keadaan keluarganya; hingga anak lelakinya, Robert, yang membenci separuh dirinya yang pribumi, kemudian melontarkan kebencian itu kepada ibunya. Satu-satunya anak yang tetap mengasihi dan senantiasa membantunya adalah Annelies, anak perempuannya.
Kehadiran Minke membawa perubahan pada ketenangan dalam kehidupan keluarga Herman Mellema-Nyi Ontosoroh. Annelies dan Minke kemudian menikah, tentulah ini sangat membahagiakan Nyai Ontosoroh. Tapi kebahagiaan ini tak berlangsung lama. Herman Mellema meninggal, Nyai Ontosoroh tidak mendapatkan hak apa- apa sebagai harta warisan. Perusahaannya direbut darinya untuk anak-anak dari istri syah yang di Belanda.Tak hanya itu, Annelies anak perempuan kesayangannya yang rapuh direnggut pula dari pelukannya dan di bawa ke Belanda atas keputusan pengadilan Nederlan.. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan segala yang ia bangun selama ini. Kembali Nyi Ontosoroh sebagai Sanikem yang tidak memiliki apa-apa.