estisastradrama

This WordPress.com site is the bee's knees

NYI ONTOSOROH

 

Tetralogi BuruBumi Manusia—Pramoedya Ananta Toer mengajak kita berkenalan dengan seorang perempuan yang luarbiasa. Nyai Ontosoroh, demikian ia dikenal orang. Sanikem namanya dulu, ketika  hitungan tahun hidupnya baru menggenap empat belas. Ayahnya, juru tulis Sastrotomo, punya ambisi menjadi seorang juru bayar—seorang kassier.  Sastrotomo menjual Sanikem pada seorang Belanda. Sanikem yang lugu mengalami mengalami perubahan atas bantuan Tuan Herman Mellema: dari seorang anak perempuan yang berayah-beribu, jadi seorang Nyai—perempuan yang tidak dinikahi secara sah, tapi punya tangungjawab dan kewajiban sebagaimana seorang istri yang syah.

Herman Mellema lelaki Belanda itu kemudian mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung. Pelan-pelan ia juga belajar bahasa Belanda dan Melayu, lalu menggunakan kedua bahasa itu untuk menulis dan bicara. Dengan kedua bahasa itu pula, ia mulai meluaskan wawasan dan menggali pengetahuan. Tak hanya itu, ia juga ditempa untuk tak kalah terampil dengan perempuan kulit putih mana pun dalam menata rumah, memasak, dan berperilaku sesuai dengan etiket kesopanan ala barat.

IMG_6808 IMG_6811 IMG_6869

 

Gadis lugu bernama Sanikem yang lugu berubah menjadi seorang perempuan terampil dan mandiri yang dikenal orang sebagai Nyai Ontosoroh. Sepintas nampaknya nasib baik berpihak pada Nyai Ontosoroh. Kehidupannya bersama Herman Mellema dikaruniai dua orang anak: Robert Mellema dan Annelies Mellem. Bagaimanapun Nyai Ontosoroh tetaplah tak lebih dari seorang gundik sekaligus seorang budak. Sejak kedatangan Maurits Mellema—anak dari pernikahan sah Herman Mellema di Belanda, permasalahan rumah tangga  datang bertubi-tubi pada Nyai Ontosoroh. Mulai dari Herman Mellema yang kehilangan dirinya, menjadi linglung dan tak peduli lagi pada apapun keadaan keluarganya; hingga anak lelakinya, Robert, yang membenci separuh dirinya yang pribumi, kemudian melontarkan kebencian itu kepada ibunya. Satu-satunya anak  yang tetap mengasihi dan senantiasa membantunya adalah Annelies, anak perempuannya.

Kehadiran Minke membawa perubahan pada ketenangan dalam kehidupan keluarga Herman Mellema-Nyi Ontosoroh. Annelies dan Minke kemudian menikah, tentulah ini sangat membahagiakan Nyai Ontosoroh. Tapi kebahagiaan ini tak berlangsung lama. Herman Mellema meninggal, Nyai Ontosoroh tidak mendapatkan hak apa- apa sebagai harta warisan. Perusahaannya direbut darinya untuk anak-anak dari istri syah yang di Belanda.Tak hanya itu, Annelies anak perempuan kesayangannya yang rapuh direnggut pula dari pelukannya dan di bawa ke Belanda atas keputusan pengadilan Nederlan.. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan segala yang ia bangun selama ini. Kembali Nyi Ontosoroh sebagai Sanikem yang tidak memiliki apa-apa.

 

Tinggalkan komentar »

Jenis-Jenis Drama dilihat dari segi penceritaannya (Sem V)

http://saintgemini.files.wordpress.com/2011/01/test.jpg

Jenis-Jenis Drama dilihat dari segi penceritaannya (Sem V)

Prof.M Atar Semi

 1. Tragedi

Adalah sejenis drama yang berakhir dengan kesedihan, biasanya setidak-tidaknya terjadi suatu kematian memiliki sifat kepahlawanan dan keberanian. Peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa yang jujur dan murni. Suesuatu yang terjadi haruslah terjadi tidak boleh dibelokkan pada kebetulan yang menyenangkan. Kasihan dan rasa takut merupakan emosi-emosi dasar yang tertumpah terhadap pelaku utama. Kegagalan dalam memperjuangkan kebenaran menimbulkan rasa kasihan dan sekalihus rasa setia kawan. Di dalam tragedi besar, umumnya digambarkan pemuda yang gagah perkasa mempertaruhkan diri menentang segala rintangan dan kezaliman namun ia tidak mempunyai kekuatan yang seimbang, sehingga ia menemui kegagalan, dan bahkan kematian. Read the rest of this entry »

Tinggalkan komentar »

KARAKTERISTIK DRAMA

https://estisastradrama.files.wordpress.com/2012/09/img_4570.jpg?w=300

KARAKTERISTIK DRAMA

Prof. M. Atar Semi

( Dalam Anatomi Sastra hal 159-161)

 Untuk lebih memahami tentang hakikat suatu drama perlu diketahui perbedaan secara mendalam antara prosa, fiksi, dan puisi. Berikut merupakan perbedaan antara drama dengan jenis karya sastra yang lainnya.

1. Drama mempunyai tiga dimensi ,yakni dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi lebih dari itu, dalam penciptaan naskah drama dipertimbangkan kemungkinan naskah itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku. Bila sebuah naskah drama dinikmati sebaagai sebuah karya tulis, maka sewaktu membacanya imajinasi pembaca mengarah juga kepada situasi penglihatan suara, dan gerakan fisik para pemainnya, karena semuanya digambarkan atau tergambar dengan jelas di dalam naskah Read the rest of this entry »

Tinggalkan komentar »

RISANG DRUPADI

https://estisastradrama.files.wordpress.com/2012/09/img_4420.jpg?w=300RISANG DRUPADI
            Teater Prodho, SMA Batik 1 kembali menggelar even tahunan, pentas gabungan ekstra tari vokal, karawitan dan teater. Melalui pentas rutin ini, upaya untuk mewujudkan peningkatan apresiasi dan kreatifitas seni budaya di lingkungan siswa SMA Batik 1 Surakarta khususnya mampu terlampaui dengan optimal.
Disutradarai, Esti Suryani, SPd, MPd dengan dibantu astrada Bagaskoro Adhi pentas yang akan berlangsung pada tanggal 20 Maret 2011 jam 10.00 di Taman Budaya Solo ini akan menampilkan kisah yang mengangkat tema yang mirip tema tahun sebelumnya yaitu mengenai emansipasi dan kesetiaan wanita (Drupadi) dalam pentas perang kekuasaan antara Pandhawa dan Kurawa. Read the rest of this entry »
Tinggalkan komentar »

https://estisastradrama.files.wordpress.com/2012/09/cimg7557.jpg?w=300

 
          
Tinggalkan komentar »

HAKIKAT DRAMA

https://estisastradrama.files.wordpress.com/2012/09/drama.gif?w=300

1. Hakikat drama/ teater

            Drama adalah perasaan manusia yang beraksi di depan mata kita. Itu berarti bahwa aksi dari suatu perasaan mendasari keseluruhan drama. Drama dapat juga menggunakan bahasa yang imajinatif atau analitik. Karena itu dapat ditulis dalambentuk puisi atau dalam bentuk prosa, tetapi tanpa aksi atau perilaku gerak drama tidak ada. Bahkan bisa dikatakan drama bisa terjadi tanpa bahasa, namun tidak mungkin tanpa adanya gerak dan laku (aksi). Drama tidaklah menekankan pada pembicaraan tentang sesuatu, tetapi yang paling penting adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melalui tiruan gerak.( Atar semi, 1993: 156)

Drama berasal dari bahasa yunani” draomai” yang berarti     berbuat,berlaku, bertindak atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah apakah drama ditinjau sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri.(Herman Waluyo, 2002: 2) Read the rest of this entry »

Tinggalkan komentar »